TAREKAT
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Semester Gasal
Mata kuliah : Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu : Dr. Musthofa, M. Ag
Disusun oleh:
1.
M. Amiq Fahmi (103111067)
2.
Khoirrosyid Oktifu’adi (133111163)
3.
M. Fajrul Islam (133111164)
4.
Dadang Setia Budi (133111165)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN
Tasawuf yang dikembangakan sebagai pengalaman
spiritual oleh para ahlinya, adalah penerapan praktis dan perilaku Islam yang
sebenarnya, yaitu Islam sebagai penyerahan diri secara total kepada Tuhan
semesta alam. Tasawuf menempati posisi sentral di antara tiga aspek dasar
Islam: tauhid, syari’at, dan akhlak. Jika hakekat misi Islam adalah
penyempurnaan akhlak dan moral, seperti dilukiskan dalam salah satu hadits Nabi
Saw., pelestarian tasawuf, merupakan pelestarian Islam itu sendiri.
Untuk mendekatkan diri pada Tuhan maka harus menempuh
jalan ikhtiar, salah satu jalan ikhtiar yaitu dengan mendalami lebih jauh ilmu
tasawuf. Untuk mengetahui sesuatu maka pasti ada ilmunya, banyak dikalangan
orang awam yang kurang mengetahui tentang ilmu mengenal Tuhan (Tarekat).
pengertian tentang tarekat yaitu,Tariqah adalah khazanah kerohanian
(esoterisme), dalam Islam dan sebagai salah satu pusaka keagamaan yang
terpenting. Karena dapat
mempengaruhi perasaan dan pikiran kaum muslimin serta memiliki peranan yang
sangat penting dalam proses pembinaan mental beragama masyarakat. Masuknya
tarekat ke Indonesia bersama dengan masuknya Islam ketika wilayah Nusantara
masih terdiri dari kerajaan-kerajaan melalui perdagangan dan kegiatan dakwah.
Demikanlah, para sufiyah membuat sistem “tariqah”,
mengadakan latihan-latihan jiwa, membersihkan dirinya dari sifat-sifat yang
tercela atau mazmumah dan
mengisinya dengan sifat-sifat terpuji/mahmudah dan memperbanyak zikir dengan
penuh ikhlas semata-mata untuk memperoleh keadaan “tajalli” yakni
bertemu dengan Tuhannya sebagai bagian terakhir dan terbesar.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa yang dimaksud dengan tarekat ?
B.
Bagaimana sejarah timbul dan
perkembangan tarekat ?
C.
Sebutkan macam-macam aliran tarekat ?
III.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Tarekat
Kata tarekat berasal
dari bahasa Arab “al-thariq” yang berarti jalan yang ditempuh dengan
jalan kaki. Dari pengertian ini kemudian kata tersebut digunakan dalam konotasi
makna cara seseorang melakukan suatu pekerjaan, baik terpuji maupun tercela. Menurut
istilah tasawuf sendiri, tarekat ialah perjalanan khusus bagi para sufi yang
menempuh jalan menuju Allah Swt. Perjalanan yang mengikuti jalur yang ada
melalui tahap dan seluk-beluknya.[1] Kata tarekat, secara umum
mengacu pada metode latihan atau amalan (zikir, wirid, muraqabah), juga pada
institusi guru dan murid yang tumbuh bersamanya.
Hubungan seorang
pembimbing (mursyid) dengan yang dibimbing (murid) dan yang
dibimbing dengan yang lainnya lama kelamaan mengikat satu persaudaraan thariqot
yang disebut dengan persaudaraan shufi. Akhirnya thariqot tidak hanya
dikonotasikan pada suatu metode praktis tetapi dikonotasikan sebagai lembaga
bimbingan calon shufi, yang elemennya adalah guru (syekh, mursyid),
murid, tempat (yang disebut dengan zawiyah), perjanjian antara guru dan
murid (baiat), do’a dan wirid khusus, adanya penyebaran oleh bekas murid
setelah mendapat ijazah dari gurunya dengan silsilah yang diakui kebenarannya
sampai kepada Nabi Muhammad Saw. Guru didalam tarikat adalah orang yang paling berpengaruh.
Ia mempunyai wewenang (otoritas) yang sangat luas.[2]
2.
Sejarah Timbul dan Perkembangan
Tarekat
Sebenarnya
membicarakan tarekat, tentu tidak bisa terlepas dengan tasawuf karena pada
dasarnya Tarekat itu sendiri bagian dari tasawuf. Di dunia Islam tasawuf telah
menjadi kegiatan kajian keislaman dan telah menjadi sebuah disiplin ilmu
tersendiri. Landasan tasawuf yang terdiri dari ajaran nilai, moral dan etika,
kebajikan, kearifan, keikhlasan serta olah jiwa dalam suatu kehkusyuan telah
terpancang kokoh. Sebelum ilmu tasawuf ini membuka pengaruh mistis keyakinan
dan kepercayaan sekaligus lepas dari saling keterpengaruhan dengan berbagai
kepercayaan atau mistis lainya. Sehingga kajian tasawuf dan tarekat tidak bisa
dipisahkan dengan kajian terhadap pelaksananya di lapangan.
Ajaran Islam dibawa oleh
Nabi Muhammad yang pada masa awal dilaksanakan secara murni. Ketika Rasulullah
wafat, cara beramal dan beribadah para sahabat dan thabi’in masih tetap
memelihara dan membina ajaran Rasul, disebut amalan salaf al-shalih.
Pada abad pertama
Hijriyah mulai ada perbincangan tentang teologi. Abad kedua Hijriyah mulai
muncul tasawuf. Tasawuf terus berkembang
dan meluas mulai terkena pengaruh luar. Salah satu pengaruh luar adalah
filsafat, baik filsafat Yunani, India maupun Persia. Muncullah sesudah abad ke-
2 Hijriyah golongan sufi yang mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian
jiwa untuk taqarrub kepada Allah. Para sufi kemudian membedakan
pengertian syari’ah, thariqat, haqiqat, dan makrifat. Menurut
mereka syari’ah itu untuk memperbaiki amalan-amalan lahir, thariqat
untuk memperbaiki amalan-amalan batin (hati), haqiqat untuk mengamalkan
segala rahasia yang ghaib, sedangkan makrifat adalah tujuan akhiryaitu
mengenal hakikat Allah baik zat, sifat maupun perbuatanNya.
Awal kemunculan
tarekat adalah pada abad ke-3 dan ke-4 H, yang sejalan dengan kemunculan
tasawuf. Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai
kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap
silsilah tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi
yang lahir pada abad itu. Mula-mula muncul tarekat Qodiriyah yang dikembangkan
oleh syeikh Abdul Qodir Jaelani di Asia tengah Tibristan tempat kelahiran dan
oprasionalnya, kemudian berkembang ke Baghdad, Irak, Turki, Arab Saudi sampai
ke Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailan, India, Tiongkok. Muncul pula
tarekat Rifa’iyah di Maroko dan Aljazair. Disusul tarekat Suhrawardiyah di
Afrika utara, Afrika tengah, Sudan dan Nigeria. Tarekat-tarekat itu kemudian
berkembang dengan cepat melalui murid-murid yang diangkat menjadi khalifah,
mengajarkan dan menyebarkan ke negeri-negeri Islam, bercabang dan beranting
hingga banyak sekali.[3]
Pada
perkembangannya, kata tarekat mengalami pergeseran makna. Jika pada awalnya tarekat berarti
jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dalam memndekatkan diri kepada Allah, maka pada tahap selanjutnya istilah tarekat digunakan
untuk menunjuk pada suatu metode psikologi yang dilakukan oleh guru tasawuf (mursyid)
kapada muridnya untuk mengenal Tuhan secara
mendalam. Dari sinilah,
terbentuklah suatu tarekat, dalam pengertian “jalan menuju Tuhan di bawah
bimbingan seorang guru”. Ada tarekat yang dipandang sah (mu’tabarah) dan
ada pula tarekat yang dianggap tidak sah (ghair mu’tabarah).
Penjelasan dari keduanya yaitu: Suatu tarekat dianggap sah jika memiliki mata
rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga amalan dalam tarekat tersebut dapat
dipertanggungjawabkan secara syari’at. Sebaliknya, jika suatu tarekat tidak
memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga ajaran tarekat tersebut
tidak dapat dipertanggungjawabkan secara syari’at maka ia dianggap tidak
memiliki dasar keabsahan dan oleh karenanya disebut tarekat yang tidak sah (ghair
al-mu’tabarah).
3.
Macam- macam Aliran Tarekat
1.
Tarekat Qadiriyah
Qadiriyah adalah nama
tarekat yang diambil dari nama pendirinya, yaitu ‘Abd al-Qadir jilani, yang
terkenal dengan sebutan Syaikh ‘Abd al-Qadir Jilani al-ghawsts atau quthb
al-awliya’. Tarekat ini mempunyai posisi yang amat penting dalam sejarah
spiritualitas Islam karena telah menjadi cikal bakal munculnya berbagai macam
tarekat di dunia Islam.
Ajaran tarekat Qadiriyah
selalu menekankan pada pensucian diri dari nafsu dunia. Karena itu, dia
memberikan beberapa petunjuk untuk mencapai kesucian diri yang tetinggi.[4] Adapun beberapa ajaran
tersebut adalah:
a.
Taubat
b.
Zuhud
c.
Tawakal
d.
Syukur
e.
Ridha
f.
Jujur
2.
Tarekat Syadziliyah
Tarekat Syadziliyah tak
dapat dilepaskan hubunganya dengan pendirinya, yakni Abu al-Hasan al-Syadzili
yang mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan tarekat-tarekat lain. Secara
lengkap nama pendirinya adalah ‘Ali bin Abdullah bin ‘Abd. Al-Jabbar Abu
al-Hasan al-Syadzili.
Adapun
pemikiran-pemikiran tarekat al-Syaziliyyah tersebut adalah:
a.
Tidak menganjurkan kepada
murid-muridnya untuk meninggalkan profesi dunia mereka
b.
Tidak mengabaikan dalam menjalankan
syari’at Islam
c.
Zuhud tidak berarti harus
menjauhi dunia karena pada dasarnya zuhud pada dasarnya mengosongkan
hati dari selain Tuhan.
d.
Tidak ada larangan bagi kaum salik
untuk menjadi miliuner yang kaya raya, asalkan hatinya tidak bergantung pada
hartayang dimilikinya.
e.
Tasawuf adalah latihan-latihan jiwa
dalam rangka ibadah dan menempatkan diri sesuai dengan ketentuan Allah Swt.
3.
Tarekat Naqsyabandiyah
Pendiri tarekat
Naqsyabandiyah adalah seorang pemuka tasawuf terkenal yakni, Muhammad bin
Muhammad Baha’ al-Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi (717 H/ 1318 M-791
H/1389 M), dilahirkan di sebuah desa Qashrul Arifah, kurang lebih 4 mil dari
Bukhara tempat lahir Imam Bukhari.[5]
Tarekat Naqsyabandiyah
adalah sebuah tarekat yang mempunyai dampak dan pengaruhyang sangat besar
kepada masyarakat muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Ciri menonjol
Tarekat Naqsyabandiyah adalah:
a.
Diikutinya syari’at secara ketat, keseriusan
dalam beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, dan lebih
menyukai berdzikir dalam hati.
b.
Upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan
dan pemikiran golongan penguasa serta mendekatkan negara pada agama.
4.
Tarekat Khalwatiyah
Nama Khalwatiyah diambil
dari nama seorang sufi ulama pejuang Makassar abad ke-17, Syaikh Yusuf
al-makassari al-Khalwati (w.751 H/1350 M), yang sampai sekarang masih
dihormati. Sekarang terdapat dua cabang terpisah dari tarekat ini yang hadir
bersama. Keduanya dikenal dengan nama Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan Khalwatiyah
Samman.[6]
Tarekat Khalwatiyah
disandarkan kepada nama Syaikh Yusuf al-Makassari dan Tarekat Khalwatiyah
Samman diambil dari nama seorang sufi Madinah abad ke-18 Muhammad Samman. Kedua
cabang Tarekat Khalwatiyah ini muncul
sebagai tarekat yang sama sekali berbeda, masing-masing berdiri sendiri.
Terdapat berbagai perbedaan dalam hal amalan, organisasi, dan komposisi sosial
pengikutnya. Tarekat Khalwatiyah Yusuf dalam berdzikir mewiridkan nama-nama
Tuhan dan kalimat-kalimat singkat lainya secara sirr dalam hati,
sedangkan Tarekat Khalwatiyah Samman melakukan zikir dan wiridnya dengan suara
keras.
Ajaran-ajaran dasar
Tarekat Khalwatiyah adalah:
a.
Yaqza: kesadaran akan dirinya
sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah Swt
b.
Taubah: mohon ampun atas segala dosa
c.
Muhasabah: menghitung-hitung atau
introspeksi diri.
d.
Inabah: berhasrat kembali kepada
Allah
e.
Tafakkur: merenung tentang kebesaran
Allah Swt
f.
I’tisam: selalu bertindak sebagai
khalifah Allah di bumi
g.
Firar: lari dari kehidupan jahat dan
keduniawian yang tidak berguna
h.
Riyadah: melatih diri dengan beramal
sebanyak-banyaknya
i.
Tasyakur: selalu bersyukur kepada
Allah dengan mengabdi dan memuji-Nya
j.
Sima’: mengosentrasikan seluruh
anggota tubuh dalam mengikuti perintah-perintah Allah terutama pendengaran.
5.
Tarekat Syattariyah
Nama Syatariyah
dinisbatkan kepada Syaikh ‘Abd Allah al-Syaththari (w.890 H/1485 M), seorang
ulama’ yang masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan Syihab al-Din abu
Hafsh, ‘Umar Suhrawardi (539-632 H/1145-1234 M), ulama’ sufi yang memopulerkan
Tarekat Suhrawardiyah.
Salah satu ajaran
Tarekat Syattariyah yang dikutip al-Sinkili dari Jawahir al-Khamsah, dan
tidak dijumpai dalam kitab-kitab karangan al-Qusyasyi dan al-Kurani adalah
berkaitan dengan apa yang disebut sebagai al-Asyqal al-Syaththari
(amalan-amalan kaum Syaththari), yakni berbagai amalan yang secara khusus harus
dilakukan oleh para pengikut Tarekat Syattariyah. Amalan-amalan tersebut
dikemukakan dalam bentuk rumus-rumus atau kode-kode rahasia yang hanya dapat
diketahui melalui penjelasan guru (syaikh).[7]
6.
Tarekat Tijaniyah
Tarekat Tijaniyah
didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Tijani yang lahir di ‘Ain Madi,
aljazair Selatan, dan meninggal di Fez, Maroko, dalam usia 80 tahun. Syaikh
Ahmad Tijani diyakini oleh kaum Tijaniyah sebagai wali agung yang memiliki
derajat tertinggi, dan memiliki banyak keramat.
Secara umum, amalan
zikir (wirid) dalam Tarekat Tijaniyah terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu istighfar,
sholawat, dan hailalah. Inti ajaran zikir dalam Tarekat Tijaniyah
adalah sebagai upaya mengosongkan jiwa dari sifat-sifat lupa terhadap Allah dan
mengisinya secara terus menerus dengan menghadirkan jiwa kepada Allah melalui
zikir terhadap zat, sifat-sifat, hukum-hukum, dan perbuatan Allah.[8]
7.
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
Tarekat Qadiriyah
Naqsyabandiyah ialah sebuah tarekat gabungan dari tarekat Qadiriyah dan Tarekat
Naqsyabandiyah (TQN). Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Ahmad Khatib Sambas
yang dikenl sebagai penulis kitab Fath al-‘Arifin. Sambas adalah nama
sebuah kota di seelah utara Pontianak, Kalimantan Barat. Tarekat Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah tampil sebagai sebuah tarekat gabungan karena Syaikh Sambas
adalah seorang syaikh dari kedua tarekat dan mengajarkanya dalam satu versi
yaitu mengajarkan dua jenis zikir sekaligus yaitu zikir yang dibaca dengan
keras (jahar) dalam Tarekat Qadiriyah dan zikir yang dilakukan di dalam
hati (khafi) dalam Tarekat Naqsyabandiyah.[9]
IV.
KESIMPULAN
Kata tarekat berasal dari bahasa Arab “al-thariq”
yang berarti jalan yang ditempuh dengan jalan kaki. Dari pengertian ini
kemudian kata tersebut digunakan dalam konotasi makna cara seseorang melakukan
suatu pekerjaan, baik terpuji maupun tercela. Menurut istilah tasawuf sendiri,
tarekat ialah perjalanan khusus bagi para sufi yang menempuh jalan menuju Allah
Swt. Perjalanan yang mengikuti jalur yang ada melalui tahap dan seluk-beluknya.
Pada abad pertama Hijriyah mulai ada perbincangan tentang
teologi. Abad kedua Hijriyah mulai muncul tasawuf. Tasawuf terus berkembang dan meluas mulai terkena pengaruh
luar. Salah satu pengaruh luar adalah filsafat, baik filsafat Yunani, India
maupun Persia. Muncullah sesudah abad ke- 2 Hijriyah golongan sufi yang
mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub
kepada Allah.
Awal kemunculan tarekat adalah
pada abad ke-3 dan ke-4 H, yang sejalan dengan kemunculan tasawuf. Pada abad ke-5 Hijriyah
atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai kelanjutan kegiatan kaum sufi
sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap silsilah tarekat selalu dihubungkan
dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir pada abad itu. Mula-mula
muncul tarekat Qodiriyah yang dikembangkan oleh syeikh Abdul Qodir Jaelani di
Asia tengah Tibristan tempat kelahiran dan oprasionalnya, kemudian berkembang
ke Baghdad, Irak, Turki, Arab Saudi sampai ke Indonesia, Singapura, Malaysia,
Thailan, India, Tiongkok. Muncul pula tarekat Rifa’iyah di Maroko dan Aljazair.
Macam- macam Aliran Tarekat:
1.
Tarekat Qadiriyah
2.
Tarekat Syadziliyah
3.
Tarekat Naqsyabandiyah
4.
Tarekat Khalwatiyah
5.
Tarekat Syattariyah
6.
Tarekat Tijaniyah
7.
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah yang telah kami buat. Semoga apa yang
kita bahas pada kali ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua. Dan
tentunya dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari sifat-sifat yang selalu
melekat pada manusia, yaitu kekurangan dan kesalahan. Untuk
itu, kami mengharap kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kebaikan bersama. Sehingga dalam pembuatan makalah yang selanjutnya bisa
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, Semarang: RaSAIL Media
Group, 2010
Shihab, Alwi. Akar Tasawuf di Indonesia, Depok:
Pustaka IIMaN, 2009
Mulyati, Sri. Mengenal dan
Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, Jakarta: Prenada Media
Group, 2011
Van Bruinessen, Martin. Tarekat
Naqsyabandiyah, Bandung: Penerbit Mizan, 1998
Van Bruinessen, Martin. Kitab
Kuning Pesantren dan Tarekat, Bandung: Penerbit Mizan, 1995
[3] Sri Mulyati,
Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, Jakarta:
Prenada Media Group, 2011, Cet ke- 4, Hlm. 6
[5] Martin van
Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah, Bandung: Penerbit Mizan, 1998, Hlm.
48
[6] Martin van
Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Bandung: Penerbit Mizan,
1995, Cet. Ke-2, Hlm. 285
izin zhare ustadz\
BalasHapus