Rabu, 25 Juni 2014

Perbedaan Cewek dan Wanita

BEDA CEWEK DAN WANITA
Ketika bangun tidur
Wanita:pergi ke kamar mandi
Cewek:update status alay pakai hp

Dalam bersikap
Wanita:Kalem dan elegan
Cewek:Sok jaim tapi pecicilan

Menghadapi cowok
Wanita:Bersikap apa adanya,tidak sok jaim pa lagi sok alim
Cewek:Suka overacting,sok jaim,bahkan tidak jarang sok alim

Ketika jatuh cinta
Wanita:Merasa bahagia
Cewek:Merasa jadi cinderella

Ketika pacaran
Wanita:Bilang kangen setiap hari
Cewek:Bilang kangen setiao detik

Urusan kawin
Wanita:Kawin karena pilihan
Cewek:Kawin karena sinetron

Ketika di tolak cowok
Wanita:Memahami ,instropeksi,lapang hati
Cewek:Tak bisa di sebutkan-pokoknya ngeri!!!

Ketika tertawa
Wanita:Hahahahaaaaaaaaaaa(tertawa wajar)
Cewek:ABG:nyiahahahahahahah(di buat unyu)

Ketika putus
Wanita:Nangis tapi menerima dengan lapang
Cewek:ABG:histeris,memaki’’ mantan di timeline

Soal pribadi
Wanita:Wanita PD meski jomblo
Cewek:ABG:panik gara’’ jadi jomblo

Soal pacaran
Wanita:Jujur mengatakan belom pernah pacaran
Cewek:Belom pernah pacaran ,tapi mengaku banyak mantan

Dalam hidup
Wanita:Tahu mana urusan pribadi dan mana uruan publik
Cewek:Mencampurkan urusan pribadi dan publik

Doa soal jodoh
Wanita: ‘’Tuhan,berikanalh aku jodoh yang baik’’
Cewek: ‘’Tuhan ,berikanlah aku jodoh yang funky’’

Ketika membaca sms ini
Wanita:Senyum’’ dan komenya pasti bermutu..
Cewek:Misuh’’,dan pasti komenya ADD ME!!!padahal kenapa ga dia aja yang nge ADD....

KAYA ITU PENTING, tapi jangan yang penting kaya; yang penting kaya bisa menghalalkan segala cara. Maka kalau bisa orang itu kaya dan sehat. Sehat itu penting, karena maksiat saja perlu sehat, apalagi ketaatan dan kebaikan perlu kesehatan. Berusahalah jadi orang kuat.



cerita sayidah nafisah berbahasa arab

سيّدة نفيسة
سيّدة نفيسة هي نِسَاءُ الَّتِى لَهَا سِلْسَلَةُ النَّسَب منْ نَبِيِّنَا مُحَمَّد ص م . هِيَ ابْنةٌ منْ إمَام حَسَن الأنْوَار ابن زَيْد الأبْلاج ابن إمَام حَسَن عَلِى رَضِيَ الله عَنْهُ . وَوُلِدَتْ فِى التّارِيْخ الحَادِي عَشَر مِنْ رَبِيْعِ الأَوَّل سَنَةَ مِائَة وَخَمْسٍ وَأَرْبَعِيْنَ هِجْرِيَّةً  بِمَكَّةَ . فَتُنْكَحُ سيّدة نفيسة بِمُعْتَمِن ابْن جَعْفَار الصِّدِيْق الَّذِي لَهَا سِلْسَلَةُ النَّسَب أَيْضاً منْ نَبِيِّنَا مُحَمَّد ص م. وَ ذَهَبَتْ سيّدة نفيسة إِلَى مِصْرَ مَعَ زَوْجِهَا بَعْدَ نِكَاحِهِمَا .
سيّدة نفيسة هِيَ مَرْأَةٌ صَا لِحَةٌ الّتِى لَهَا إِيْمَانٌ قَوِيٌّ وَ عِبَادَةٌ خَالِصَةٌ إِلَى الله عَزَّوَجَلَّ . تَصُوْمُ صومَ السُّنَّة منْ طُلُوْعِ الفَجْرِ إلَى غُرُوْبِ الشَّمْسِ وَ تُصَلِّى صَلَاةَ التَّهَجُّد فِى الّيْلِ بِذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَقِرَاءَةِ القُرْآنِ الْكَرِيْمِ . وَزَهِدَتْ بِحَيَاتِهَا أَيْضًا . وَ قَلْبُهَا لاَ تَنْخَدِعُ بِجَمَالِ الحَيَاة فِى الدُّنْيَا . نَفْسُهَا تُشْتِيْقُ بِالجَنَّةِ النَّعِيْم وَ تَخَافُ بِالنَّارِ جَهَنَّم . وَأَنَّهَا مُطِيْعٌ مَعَ زَوْجِهَا .
 وَوَاحِدَةٌ مِنْ قِصَّتِهَا المَشْهُوْرَة هِيَ قِصَّةُ حَيَاتِهَا فِى مصْرَ. حِيْنَمَا تَسْكُنُ فِى مِصْرَ , لَهَا جاَرٌّ مِنْ يَهُوْدِيّ الّذِى يَتَكَوَّنُ مِنَ الأَب وَ الأُمّ والابنة . وَ كَانَةِ الابْنَة شَلَلَ الأَطْفَال . ذَاتَ يَوْمٍ أَرَادَتْ الأُمّ اَنْ تَذْهَبَ إلَى مَكَانٍ مَا, وَلكِنْ الأَب يَذْهَبُ مِنَ البَيْت أَيْضًا . ثُمَّ أَمَرَتْ الأُمّ إلَيْهَا لِتَسْكُنُ مَعَ سيّدة نفيسة فِى بَيْتِهَا . وَهَذِهِ الابْنَة مُوِافِقَة بِأَمْرِ أُمِّهِ . وَلَمَّا وَصَلَتْ فِى بَيْتِ سيّدة نفيسة اسْتَرَاحَتْ هَذِهِ الابْنة مُدّة سُوَيَّة , وَبَعْدَ ذلِكَ سَمِعَتَا الأَذَان . ثُمَّ هُمَا تَتَوَضَّعاَ فِى المِيْضَأَة مَعًا . حِيْنَمَا تَتَوَضَّعَا , سَقَطَ مَاءُ الوُضُوْعِ لسيّدة نفيسة أَمَامَ تِلْكَ الابْنَة . ثُمَّ أَتَى الإِلْهَامُ عَلَى تِلْكَ الابْنَة الخَرِيْع .............................
وَ بَعْدَ ذلِكَ تَحَرَّكَ رِجْلُهَا ذَاتَ اليَمِيْن وَ ذَاتَ الشِّمَال بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَ كَانَت سيّدة نفيسة لاَ تَزَالُ خَاشِعَةً وَ مُطْمَعِنَّةً لِتَعْدِيَة الصَّلَاة الفَرْضِ .
ثُمَّ ,سَمِعَتْ هذِهِ الابنة قَرْعَةَ البَابِ منَ الخَارِج , وَالّتى تَقْرَعُ البَابَ هِيَ أُمُّهَا .وَحِيْنَئِذٍ سيّدة نفيسة لاَتَزَالُ خَاشِعَةً مُطْمَعِنَّةً فِى صَلاَتِهَا . وَتِلْكَ الابْنَة تَتَشَجَّعُ عَلَى القِيَامِ , فَبَانَ أَنَّهَا قَادِرٌ عَلَى القِيَامِ وَ المَشْيِ بَعْدَ مَسْحِ مَاء الوُضُوْعِ لسيّدة نفيسة الّذِى سَقَطَ أَمَامهَا . فَتَفْتَحُ البَابَ وَ تُعَانِقُ أُمَّهَا عَلَى الفَوْرِ . فَتَأَجَّبَتْ أُمُّهَا, وَ هِيَ تَتَسَاءَل بِهَذِهِ الوَاقِعَة . ثُمَّ أَخْبَرَتْ هَذِهِ الابْنَة إلَى أُمِّهَا مِمَّا يَتَعَلَّقُ بِالمَوَاقِع الّتِى وُقِعَتْ .  وَ بَكَتْ أَمُّهَا عَلَى تِلْكَ الأَخْبَاروَ الحِكَايَة العَجِيْبَة . ثُمَّ بَعْدَ ذلِكَ تُعَانِقُ الأُمّ سيّدة نفيسة وَ تَقُوْلُ : " أَعْتَرِفُ بِأنَّكِ حَفِيْدَة مِن رَسُوْلِ اللهِ ص م وَ جَدُّكِ هُوَ مُحَمَّد ص م وَ اللهُ رَبُّ العَالَمِيْن ". ثُمَّ دَخَاَتَا الابْنَة وَ أُمُّهَا إلَى الدِّيْنِ الإِسْلَامِيّ . بِنَظْرِ إِلَى هَذَا الحَال , تُعَرِّفُ سيّدة نفيسة إِليْهِمَا بِأَنَّ الحَادِثَة الّتى وُقِعَتْ  تَقَعُ بِمَشِيْعَتِهِ وَ إِرَادَتِهِ وَبِإذْنِ اللهِ عّزَّ وَ جَلَّ أَيْضًا , لأَنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ يَفْعَلُ مَا يَشَاء وَ يَفْعَلُ مَا يُرِيْد .
بَعْدَ ذلِكَ , هُمَا تَرْجِعَانِ إِلَى بَيْتِهِمَا وَتَلْتَقِيَانِ مَعَ أَبِيْهَا , إسْمُهُ أَيُّوْب . هُوَ يَتَعَجَّبُ بِنَظْرِ إلَى ابْنَتِه الّذِى قَادِرًا عَلَى القِيَامِ وَ المَشْيِ . ثُمَّ بَعْدَ سَمِعَ الأخْبَار وَ الحِكَايَة الوَاضِحَة مِنْ زَوْجَتِهِ وَ ابْنَتِهِ ,فَدَعَا أَيُّوْب إِلَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ : "سُبْحَانَكَ الله !  تُضِلُّ مَنْ تَشَاء وَ تُهْدِى مَنْ تَشَاء وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْر.
وَحِيْنَ  أَيُّوْب وَ أُسْرَتُهُ قَدْ دَخَلُوا  الإسْلًام ,كانَ اليَهُوْدِيّ فِى تلْكَ الدّائِرَة يَعْرِفُوْنَ كُلُّهُمْ بإسْلَامِ أَيُّوْب وَ أُسْرَتِهِ .
وَ تُوُفِّيَتْ سيّدة نفيسة سَنَةَ مِائَتَيْنِ وَ ثَمَانٍ هِجْرِيَّةً حِيْنَ تَقْرَأُ القُرْآنَ وَهِيَ فِى حَالةِ الصَّوْمِ .  
وَهَكَذَا قِصَةٌ وَحِدَةٌ مِنْ قِصَصِ سيّدة نفيسة الّتى لَهَا دَرْسٌ وَ عِبْرَةٌ حَسَنَة لَنَا وَ لَكُمْ جَمِيْعًا . لَعَلَّ هَذِهِ القِصَّة
تَكُوْنُ أُسْوَةً وَ قُدْوَةً لِجَمِيْعِ النِّسَاء فِى العَصْرِ الحَاضِر.






 







  



Senin, 09 Juni 2014

makalah tarekat

TAREKAT
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Semester Gasal
Mata kuliah    : Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu       : Dr. Musthofa, M. Ag
Disusun oleh:
1.      M. Amiq Fahmi                           (103111067)
2.      Khoirrosyid Oktifu’adi               (133111163)
3.      M. Fajrul Islam                            (133111164)
4.      Dadang Setia Budi                      (133111165)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
           

          I.            PENDAHULUAN
Tasawuf yang dikembangakan sebagai pengalaman spiritual oleh para ahlinya, adalah penerapan praktis dan perilaku Islam yang sebenarnya, yaitu Islam sebagai penyerahan diri secara total kepada Tuhan semesta alam. Tasawuf menempati posisi sentral di antara tiga aspek dasar Islam: tauhid, syari’at, dan akhlak. Jika hakekat misi Islam adalah penyempurnaan akhlak dan moral, seperti dilukiskan dalam salah satu hadits Nabi Saw., pelestarian tasawuf, merupakan pelestarian Islam itu sendiri.
Untuk mendekatkan diri pada Tuhan maka harus menempuh jalan ikhtiar, salah satu jalan ikhtiar yaitu dengan mendalami lebih jauh ilmu tasawuf. Untuk mengetahui sesuatu maka pasti ada ilmunya, banyak dikalangan orang awam yang kurang mengetahui tentang ilmu mengenal Tuhan (Tarekat). pengertian tentang tarekat yaitu,Tariqah adalah khazanah kerohanian (esoterisme), dalam Islam dan sebagai salah satu pusaka keagamaan yang terpenting. Karena dapat mempengaruhi perasaan dan pikiran kaum muslimin serta memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembinaan mental beragama masyarakat. Masuknya tarekat ke Indonesia bersama dengan masuknya Islam ketika wilayah Nusantara masih terdiri dari kerajaan-kerajaan melalui perdagangan dan kegiatan dakwah.
Demikanlah, para sufiyah membuat sistem “tariqah”, mengadakan latihan-latihan jiwa, membersihkan dirinya dari sifat-sifat yang tercela atau mazmumah  dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji/mahmudah dan memperbanyak zikir dengan penuh ikhlas semata-mata untuk memperoleh keadaan “tajalli” yakni bertemu dengan Tuhannya sebagai bagian terakhir dan terbesar.


       II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apa yang dimaksud dengan tarekat ?
B.     Bagaimana sejarah timbul dan perkembangan tarekat ?
C.     Sebutkan macam-macam aliran tarekat ?




    III.            PEMBAHASAN
1.         Pengertian Tarekat
Kata tarekat berasal dari bahasa Arab “al-thariq” yang berarti jalan yang ditempuh dengan jalan kaki. Dari pengertian ini kemudian kata tersebut digunakan dalam konotasi makna cara seseorang melakukan suatu pekerjaan, baik terpuji maupun tercela. Menurut istilah tasawuf sendiri, tarekat ialah perjalanan khusus bagi para sufi yang menempuh jalan menuju Allah Swt. Perjalanan yang mengikuti jalur yang ada melalui tahap dan seluk-beluknya.[1] Kata tarekat, secara umum mengacu pada metode latihan atau amalan (zikir, wirid, muraqabah), juga pada institusi guru dan murid yang tumbuh bersamanya.
Hubungan seorang pembimbing (mursyid) dengan yang dibimbing (murid) dan yang dibimbing dengan yang lainnya lama kelamaan mengikat satu persaudaraan thariqot yang disebut dengan persaudaraan shufi. Akhirnya thariqot tidak hanya dikonotasikan pada suatu metode praktis tetapi dikonotasikan sebagai lembaga bimbingan calon shufi, yang elemennya adalah guru (syekh, mursyid), murid, tempat (yang disebut dengan zawiyah), perjanjian antara guru dan murid (baiat), do’a dan wirid khusus, adanya penyebaran oleh bekas murid setelah mendapat ijazah dari gurunya dengan silsilah yang diakui kebenarannya sampai kepada Nabi Muhammad Saw. Guru didalam tarikat adalah orang yang paling berpengaruh. Ia mempunyai wewenang (otoritas) yang sangat luas.[2]

2.         Sejarah Timbul dan Perkembangan Tarekat
Sebenarnya membicarakan tarekat, tentu tidak bisa terlepas dengan tasawuf karena pada dasarnya Tarekat itu sendiri bagian dari tasawuf. Di dunia Islam tasawuf telah menjadi kegiatan kajian keislaman dan telah menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri. Landasan tasawuf yang terdiri dari ajaran nilai, moral dan etika, kebajikan, kearifan, keikhlasan serta olah jiwa dalam suatu kehkusyuan telah terpancang kokoh. Sebelum ilmu tasawuf ini membuka pengaruh mistis keyakinan dan kepercayaan sekaligus lepas dari saling keterpengaruhan dengan berbagai kepercayaan atau mistis lainya. Sehingga kajian tasawuf dan tarekat tidak bisa dipisahkan dengan kajian terhadap pelaksananya di lapangan.

Ajaran Islam dibawa oleh Nabi Muhammad yang pada masa awal dilaksanakan secara murni. Ketika Rasulullah wafat, cara beramal dan beribadah para sahabat dan thabi’in masih tetap memelihara dan membina ajaran Rasul, disebut amalan salaf al-shalih.
Pada abad pertama Hijriyah mulai ada perbincangan tentang teologi. Abad kedua Hijriyah mulai muncul tasawuf. Tasawuf terus  berkembang dan meluas mulai terkena pengaruh luar. Salah satu pengaruh luar adalah filsafat, baik filsafat Yunani, India maupun Persia. Muncullah sesudah abad ke- 2 Hijriyah golongan sufi yang mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub kepada Allah. Para sufi kemudian membedakan pengertian syari’ah, thariqat, haqiqat, dan makrifat. Menurut mereka syari’ah itu untuk memperbaiki amalan-amalan lahir, thariqat untuk memperbaiki amalan-amalan batin (hati), haqiqat untuk mengamalkan segala rahasia yang ghaib, sedangkan makrifat adalah tujuan akhiryaitu mengenal hakikat Allah baik zat, sifat maupun perbuatanNya.
Awal kemunculan tarekat adalah pada abad ke-3 dan ke-4 H, yang sejalan dengan kemunculan tasawuf. Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap silsilah tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir pada abad itu. Mula-mula muncul tarekat Qodiriyah yang dikembangkan oleh syeikh Abdul Qodir Jaelani di Asia tengah Tibristan tempat kelahiran dan oprasionalnya, kemudian berkembang ke Baghdad, Irak, Turki, Arab Saudi sampai ke Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailan, India, Tiongkok. Muncul pula tarekat Rifa’iyah di Maroko dan Aljazair. Disusul tarekat Suhrawardiyah di Afrika utara, Afrika tengah, Sudan dan Nigeria. Tarekat-tarekat itu kemudian berkembang dengan cepat melalui murid-murid yang diangkat menjadi khalifah, mengajarkan dan menyebarkan ke negeri-negeri Islam, bercabang dan beranting hingga banyak sekali.[3]
Pada perkembangannya, kata tarekat mengalami pergeseran makna. Jika pada awalnya tarekat berarti jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dalam memndekatkan diri kepada Allah, maka pada tahap selanjutnya istilah tarekat digunakan untuk menunjuk pada suatu metode psikologi yang dilakukan oleh guru tasawuf (mursyid) kapada muridnya untuk mengenal Tuhan secara mendalam. Dari sinilah, terbentuklah suatu tarekat, dalam pengertian “jalan menuju Tuhan di bawah bimbingan seorang guru”. Ada tarekat yang dipandang sah (mu’tabarah) dan ada pula tarekat yang dianggap tidak sah (ghair mu’tabarah). Penjelasan dari keduanya yaitu: Suatu tarekat dianggap sah jika memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga amalan dalam tarekat tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara syari’at. Sebaliknya, jika suatu tarekat tidak memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga ajaran tarekat tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara syari’at maka ia dianggap tidak memiliki dasar keabsahan dan oleh karenanya disebut tarekat yang tidak sah (ghair al-mu’tabarah).


3.      Macam- macam Aliran Tarekat
1.      Tarekat Qadiriyah
Qadiriyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya, yaitu ‘Abd al-Qadir jilani, yang terkenal dengan sebutan Syaikh ‘Abd al-Qadir Jilani al-ghawsts atau quthb al-awliya’. Tarekat ini mempunyai posisi yang amat penting dalam sejarah spiritualitas Islam karena telah menjadi cikal bakal munculnya berbagai macam tarekat di dunia Islam.
Ajaran tarekat Qadiriyah selalu menekankan pada pensucian diri dari nafsu dunia. Karena itu, dia memberikan beberapa petunjuk untuk mencapai kesucian diri yang tetinggi.[4] Adapun beberapa ajaran tersebut adalah:
a.       Taubat
b.      Zuhud
c.       Tawakal
d.      Syukur
e.       Ridha
f.       Jujur

2.      Tarekat Syadziliyah
Tarekat Syadziliyah tak dapat dilepaskan hubunganya dengan pendirinya, yakni Abu al-Hasan al-Syadzili yang mempunyai ciri khusus yang berbeda dengan tarekat-tarekat lain. Secara lengkap nama pendirinya adalah ‘Ali bin Abdullah bin ‘Abd. Al-Jabbar Abu al-Hasan al-Syadzili.
Adapun pemikiran-pemikiran tarekat al-Syaziliyyah tersebut adalah:
a.       Tidak menganjurkan kepada murid-muridnya untuk meninggalkan profesi dunia mereka
b.      Tidak mengabaikan dalam menjalankan syari’at Islam
c.       Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada dasarnya zuhud pada dasarnya mengosongkan hati dari selain Tuhan.
d.      Tidak ada larangan bagi kaum salik untuk menjadi miliuner yang kaya raya, asalkan hatinya tidak bergantung pada hartayang dimilikinya.
e.       Tasawuf adalah latihan-latihan jiwa dalam rangka ibadah dan menempatkan diri sesuai dengan ketentuan Allah Swt.

3.      Tarekat Naqsyabandiyah
Pendiri tarekat Naqsyabandiyah adalah seorang pemuka tasawuf terkenal yakni, Muhammad bin Muhammad Baha’ al-Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi (717 H/ 1318 M-791 H/1389 M), dilahirkan di sebuah desa Qashrul Arifah, kurang lebih 4 mil dari Bukhara tempat lahir Imam Bukhari.[5]
Tarekat Naqsyabandiyah adalah sebuah tarekat yang mempunyai dampak dan pengaruhyang sangat besar kepada masyarakat muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Ciri menonjol Tarekat Naqsyabandiyah adalah:
a.       Diikutinya syari’at secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati.
b.      Upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta mendekatkan negara pada agama.

4.      Tarekat Khalwatiyah
Nama Khalwatiyah diambil dari nama seorang sufi ulama pejuang Makassar abad ke-17, Syaikh Yusuf al-makassari al-Khalwati (w.751 H/1350 M), yang sampai sekarang masih dihormati. Sekarang terdapat dua cabang terpisah dari tarekat ini yang hadir bersama. Keduanya dikenal dengan nama Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan Khalwatiyah Samman.[6]
Tarekat Khalwatiyah disandarkan kepada nama Syaikh Yusuf al-Makassari dan Tarekat Khalwatiyah Samman diambil dari nama seorang sufi Madinah abad ke-18 Muhammad Samman. Kedua cabang Tarekat  Khalwatiyah ini muncul sebagai tarekat yang sama sekali berbeda, masing-masing berdiri sendiri. Terdapat berbagai perbedaan dalam hal amalan, organisasi, dan komposisi sosial pengikutnya. Tarekat Khalwatiyah Yusuf dalam berdzikir mewiridkan nama-nama Tuhan dan kalimat-kalimat singkat lainya secara sirr dalam hati, sedangkan Tarekat Khalwatiyah Samman melakukan zikir dan wiridnya dengan suara keras.
Ajaran-ajaran dasar Tarekat Khalwatiyah adalah:
a.       Yaqza: kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah Swt
b.      Taubah: mohon ampun atas segala dosa
c.       Muhasabah: menghitung-hitung atau introspeksi diri.
d.      Inabah: berhasrat kembali kepada Allah
e.       Tafakkur: merenung tentang kebesaran Allah Swt
f.       I’tisam: selalu bertindak sebagai khalifah Allah di bumi
g.      Firar: lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna
h.      Riyadah: melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya
i.        Tasyakur: selalu bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memuji-Nya
j.        Sima’: mengosentrasikan seluruh anggota tubuh dalam mengikuti perintah-perintah Allah terutama pendengaran.

5.      Tarekat Syattariyah
Nama Syatariyah dinisbatkan kepada Syaikh ‘Abd Allah al-Syaththari (w.890 H/1485 M), seorang ulama’ yang masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan Syihab al-Din abu Hafsh, ‘Umar Suhrawardi (539-632 H/1145-1234 M), ulama’ sufi yang memopulerkan Tarekat Suhrawardiyah.
Salah satu ajaran Tarekat Syattariyah yang dikutip al-Sinkili dari Jawahir al-Khamsah, dan tidak dijumpai dalam kitab-kitab karangan al-Qusyasyi dan al-Kurani adalah berkaitan dengan apa yang disebut sebagai al-Asyqal al-Syaththari (amalan-amalan kaum Syaththari), yakni berbagai amalan yang secara khusus harus dilakukan oleh para pengikut Tarekat Syattariyah. Amalan-amalan tersebut dikemukakan dalam bentuk rumus-rumus atau kode-kode rahasia yang hanya dapat diketahui melalui penjelasan guru (syaikh).[7]

6.      Tarekat Tijaniyah
Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Tijani yang lahir di ‘Ain Madi, aljazair Selatan, dan meninggal di Fez, Maroko, dalam usia 80 tahun. Syaikh Ahmad Tijani diyakini oleh kaum Tijaniyah sebagai wali agung yang memiliki derajat tertinggi, dan memiliki banyak keramat.
Secara umum, amalan zikir (wirid) dalam Tarekat Tijaniyah terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu istighfar, sholawat, dan hailalah. Inti ajaran zikir dalam Tarekat Tijaniyah adalah sebagai upaya mengosongkan jiwa dari sifat-sifat lupa terhadap Allah dan mengisinya secara terus menerus dengan menghadirkan jiwa kepada Allah melalui zikir terhadap zat, sifat-sifat, hukum-hukum, dan perbuatan Allah.[8]

7.      Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah ialah sebuah tarekat gabungan dari tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah (TQN). Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Ahmad Khatib Sambas yang dikenl sebagai penulis kitab Fath al-‘Arifin. Sambas adalah nama sebuah kota di seelah utara Pontianak, Kalimantan Barat. Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah tampil sebagai sebuah tarekat gabungan karena Syaikh Sambas adalah seorang syaikh dari kedua tarekat dan mengajarkanya dalam satu versi yaitu mengajarkan dua jenis zikir sekaligus yaitu zikir yang dibaca dengan keras (jahar) dalam Tarekat Qadiriyah dan zikir yang dilakukan di dalam hati (khafi) dalam Tarekat Naqsyabandiyah.[9]

    IV.            KESIMPULAN
Kata tarekat berasal dari bahasa Arab “al-thariq” yang berarti jalan yang ditempuh dengan jalan kaki. Dari pengertian ini kemudian kata tersebut digunakan dalam konotasi makna cara seseorang melakukan suatu pekerjaan, baik terpuji maupun tercela. Menurut istilah tasawuf sendiri, tarekat ialah perjalanan khusus bagi para sufi yang menempuh jalan menuju Allah Swt. Perjalanan yang mengikuti jalur yang ada melalui tahap dan seluk-beluknya.
Pada abad pertama Hijriyah mulai ada perbincangan tentang teologi. Abad kedua Hijriyah mulai muncul tasawuf. Tasawuf terus  berkembang dan meluas mulai terkena pengaruh luar. Salah satu pengaruh luar adalah filsafat, baik filsafat Yunani, India maupun Persia. Muncullah sesudah abad ke- 2 Hijriyah golongan sufi yang mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk taqarrub kepada Allah.
Awal kemunculan tarekat adalah pada abad ke-3 dan ke-4 H, yang sejalan dengan kemunculan tasawuf. Pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi barulah muncul tarekat sebagai kelanjutan kegiatan kaum sufi sebelumnya. Hal ini ditandai dengan setiap silsilah tarekat selalu dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir pada abad itu. Mula-mula muncul tarekat Qodiriyah yang dikembangkan oleh syeikh Abdul Qodir Jaelani di Asia tengah Tibristan tempat kelahiran dan oprasionalnya, kemudian berkembang ke Baghdad, Irak, Turki, Arab Saudi sampai ke Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailan, India, Tiongkok. Muncul pula tarekat Rifa’iyah di Maroko dan Aljazair.
Macam- macam Aliran Tarekat:
1.      Tarekat Qadiriyah
2.      Tarekat Syadziliyah
3.      Tarekat Naqsyabandiyah
4.      Tarekat Khalwatiyah
5.      Tarekat Syattariyah
6.      Tarekat Tijaniyah
7.      Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah



       V.            PENUTUP
Demikianlah makalah yang telah kami buat. Semoga apa yang kita bahas pada kali ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua. Dan tentunya dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari sifat-sifat yang selalu melekat pada manusia, yaitu kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan bersama. Sehingga dalam pembuatan makalah yang selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi.






DAFTAR PUSTAKA
Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, Semarang: RaSAIL Media Group, 2010

Shihab, Alwi. Akar Tasawuf di Indonesia, Depok: Pustaka IIMaN, 2009

Mulyati, Sri. Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2011
Van Bruinessen, Martin. Tarekat Naqsyabandiyah, Bandung: Penerbit Mizan, 1998
Van Bruinessen, Martin. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Bandung: Penerbit Mizan, 1995




[1] Alwi Shihab, Akar Tasawuf di Indonesia, Depok: Pustaka IIMaN, 2009, Hlm. 183
[2] Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, Semarang: RaSAIL Media Group, 2010, Hlm. 115
[3] Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2011, Cet ke- 4, Hlm. 6
[4] Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, Hlm. 26
[5] Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah, Bandung: Penerbit Mizan, 1998, Hlm. 48
[6] Martin van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, Bandung: Penerbit Mizan, 1995, Cet. Ke-2, Hlm. 285
[7] Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, Hlm. 151
[8] Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, Hlm. 217

[9] Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah, Hlm. 89-90